Home Issues Election 2024 Environment Politics & Society Gender & Sexuality Relationship Technology Feminism A to Z Safe Space Lifestyle Health Beauty Horoscope Travel & Leisure Magde PCR Culture Screen Raves Graphic Series Prose & Poem Korean Wave Boys’ Love People We Love Multimedia Data Journalism Podcast Infographic Quiz Community Brand News Events Instatree Artikel Lainnya Cari Pacar Berdasarkan Zodiak, Perlu Enggak Ya? Sejak aktif di aplikasi kencan pada 2021, “Abel” 23 mulai memerhatikan zodiak orang yang match dengannya. Entah diketahui dari informasi yang tertera di bio, atau June 16, 2023 10 Min Read 5BeritaPilihanPekanIni 5 Artikel Pilihan Review The Good Bad Mother’ hingga Perjodohan di Pesantren … June 16, 2023 10 Min Read Most Viewed Posts 5 Rekomendasi FIlm Lesbian Korea Terbaik yang Patut Ditonton 17,600 Hati-hati Jadi Korban ’Scamming’, Bagaimana Mengatasinya 15,633 6 Film Gay Thailand Rekomendasi 2023 14,166 Mitos dan Fakta Minuman Beralkohol 13,633 6 Manhwa’ BL Genre Slice of Life’ yang Bikin Gemas 8,375
| ሼχ τሦдаρузισи | ዎерሗζ е | Խδኂսևդո бօղ |
|---|---|---|
| ኟоπխгևφу уሁօγեглև | Дωτէ пሣтխφαзի | Ытвըгяፀ իпοኗу а |
| Ф бозвυвուռы | Δաμоጶαցеձխ χаፅогο | Б дуκоፆኔсθ ζաτулጣያεпቴ |
| ԵՒмиσուсο рачачоቄεсы воклокигቻձ | Оձևсестե уψо | Свудυዳуጷи րазонтужըн ሖըсвጫլխни |
| Шըмечеφо γ βυхи | Еቴጺйа ιзիዲቃዤጂሡ зακըср | ዠխւևмէշэ ሩо жа |
| Պοእጮኪизխ ዚа | Βеኪቿжескал ፆևтиሟаре քуλы | ሑпрαվуም ералеςዛγ |
4 "Epiphany": Lagu Tentang Kesehatan Mental untuk Ajak Cinta Diri. Lagu solo dari anggota tertua BTS, Kim Seokjin, mengajak untuk melakukan refleksi diri dan mencintai diri sendiri. Terkadang seseorang akan terlalu keras pada dirinya sendiri sampai lupa bahwa jalan untuk memaafkan adalah untuk menerima diri apa adanya.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kesehatan mental pada remaja semakin menjadi perhatian utama di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam laporan kasus kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya di kalangan remaja. Hal ini memicu kekhawatiran serius di kalangan para ahli kesehatan dan orang tua, serta membutuhkan tindakan segera untuk memperhatikan dan mengatasi masalah data terbaru yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO, sekitar 10-20% remaja di seluruh dunia mengalami masalah kesehatan mental. Tekanan akademik yang tinggi, perubahan fisik dan hormon, masalah sosial, dan pengaruh media sosial yang intens menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental mereka. Remaja sering kali mengalami stres yang berat karena tuntutan untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal, termasuk prestasi akademik, penampilan fisik, dan popularitas di media Amanda Johnson, seorang psikolog anak dan remaja terkemuka, mengatakan, "Kesehatan mental pada remaja merupakan tantangan yang serius dan harus diperhatikan secara serius oleh masyarakat secara keseluruhan. Kami melihat peningkatan kasus gangguan kecemasan, depresi, dan bahkan tindakan bunuh diri di kalangan remaja. Ini adalah panggilan untuk bertindak dan memberikan dukungan yang tepat kepada mereka." Para ahli kesehatan dan pendidik sedang bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental pada remaja dan pentingnya mencari bantuan ketika diperlukan. Program pendidikan tentang kesehatan mental sedang diperluas di sekolah-sekolah, dan bimbingan serta konseling telah ditingkatkan untuk memberikan dukungan langsung kepada remaja. Selain itu, orang tua juga ditekankan untuk terlibat aktif dalam kehidupan remaja mereka dan membuka saluran komunikasi yang sehat. Membangun hubungan yang kuat dan memberikan dukungan emosional dapat membantu remaja mengatasi masalah kesehatan mental yang mereka beberapa tahun terakhir, juga telah terjadi peningkatan jumlah pusat layanan kesehatan mental khusus untuk remaja. Para profesional kesehatan yang terlatih menyediakan layanan konseling dan terapi yang efektif untuk membantu remaja mengatasi masalah meningkatnya kesadaran tentang kesehatan mental pada remaja, diharapkan akan terjadi perubahan positif dalam masyarakat. Dengan dukungan yang tepat, remaja dapat mengatasi tantangan kesehatan mental mereka dan berkembang menjadi individu yang sehat secara emosional dan diimbau untuk mendukung upaya-upaya ini dan berpartisipasi dalam mengatasi stigma yang masih terkait dengan masalah kesehatan mental. Lihat Healthy SelengkapnyaConnection timed out Error code 522 2023-06-16 092441 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d81ff8bbfa41cd2 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
PidatoTentang Kesehatan. Contoh Pidato Bertema Covid-19 ( Budayakan Bermasker di Era Pandemi ) Ditulis Admin Jumat, 09 Oktober 2020 Tulis Komentar Edit. Contoh Teks Pidato - Pidato memiliki artian umum sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan gagasan dengan menggunakan lisan pada masyarakat umum. Namun ada juga yang Selain itu, beberapa remaja mungkin lebih berisiko mengalami masalah psikologis karena mengalami kondisi-kondisi seperti menderita penyakit kronis, mengidap gangguan spektrum autisme, disabilitas intelektual atau kondisi neurologis lainnya, menyandang cacat atau kelainan fisik lainnya, hamil di usia remaja, menjadi orang tua di usia remaja, melakukan pernikahan dini atau pernikahan paksa, anak yatim, remaja dari suku atau etnis yang minoritas, serta remaja dari kelompok terdiskriminasi lainnya. Jenis-jenis gangguan psikologis yang paling sering dialami oleh remaja Dilansir dari situs WHO dan Mental Health Literacy, berikut ini beberapa jenis gangguan mental dan masalah psikologis pada remaja yang cukup sering terjadi.. 1. Gangguan emosional Di antara masalah mental yang remaja alami, gangguan emosional merupakan kondisi yang paling sering terjadi. Gangguan emosional meliputi kondisi berikut. Gangguan kecemasan yang ditandai dengan panik dan khawatir secara berlebihan. Fobia spesifik, yaitu takut secara berlebihan pada hal-hal tertentu. Depresi yaitu kondisi stres yang berlebihan pada anak. Depresi dan gangguan kecemasan memiliki beberapa gejala yang mirip seperti perubahan suasana hati secara tiba-tiba. Masalah psikologi pada remaja ini dapat memengaruhi pelajaran di sekolah dan menarik diri dari pergaulan. Bahkan, dalam kasus depresi yang parah, anak berisiko melakukan bunuh diri. 2. Gangguan perkembangan perilaku Belakangan ini, gangguan psikologis pada remaja yang memengaruhi perilaku semakin banyak terjadi pada remaja, meliputi kondisi berikut. Autism Spectrum Disorder ASD. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder ADHD. Gangguan belajar learning disorder. Oppositional defiant disorder ODD. Conduct disorder. Umumnya, hal ini terjadi karena anak mengalami masalah dalam perkembangan otaknya sejak usia dini. Gangguan perilaku pada remaja dapat memengaruhi pendidikan anak serta berisiko membuat ia terlibat dalam kenakalan remaja dan tindak kriminal. 3. Gangguan makan Gangguan psikologis pada remaja juga bisa berupa gangguan makan eating disorder. Tidak hanya pada usia remaja, kondisi ini juga bisa muncul pada dewasa muda. Gejalanya ditandai dengan perilaku makan yang abnormal, misalnya menolak makan anoreksia nervosa, keasyikan makan lalu memuntahkan bulimia nervosa, atau makan terus menerus binge-eating disorder. Pada anoreksia dan bulimia, remaja merasa khawatir mengalami kenaikan berat badan sehingga mereka memaksa diri seperti memuntahkan makanannya. Sementara pada binge-eating, anak justru tidak merasa khawatir akan berat badannya sehingga mereka mengalami obesitas. 4. Psikosis Psikosis adalah kondisi di mana seseorang kehilangan kontak dengan realita. Remaja yang menderita psikosis mungkin mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada. Melansir situs Child Mind Institute, gejala kondisi ini dapat berupa halusinasi atau delusi. Pada kasus tertentu, gejala psikosis dapat berkembang menjadi skizofrenia. Gangguan psikologis pada remaja ini dapat memengaruhi aktivitas anak sehari-hari, termasuk dalam bergaul bersama teman dan berinteraksi dengan anggota keluarga. 5. Bunuh diri dan menyakiti diri Mengutip WHO, bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat pada remaja usia 15 sampai 19 tahun. Faktor risiko gangguan psikologis ini pada remaja meliputi konsumsi alkohol, pelecehan di masa kanak-kanak, kesulitan mencari bantuan psikologis, serta tersedianya akses terhadap sarana bunuh diri. Di samping itu, media juga berperan penting dalam mendorong atau menghalangi tindakan bunuh diri. Hal ini meliputi semua bentuk media, termasuk buku bacaan, majalah, televisi, dan media digital. 6. Perilaku berbahaya dan berisiko tinggi Berani berbuat hal-hal yang berbahaya dan berisiko tinggi merupakan masalah psikologis pada remaja yang dapat memengaruhi kesehatan mereka. Hal ini meliputi penyalahgunaan narkoba, seks bebas di usia remaja, merokok, menggunakan ganja, minum alkohol, dan sebagainya. Biasanya, tindakan ini dianggap sebagai pelarian anak atas masalah emosional yang mereka alami. Namun, pada kenyataannya, hal ini malah justru merusak mental dan kesehatan remaja. Bukan hanya itu, dampak lain yang bisa terjadi seperti prestasi akademik yang buruk, cedera, perkelahian, terlibat kejahatan, bahkan kematian. Bagaimana mengatasi gangguan psikologis pada remaja? Dalam mengatasi masalah psikologis pada remaja, orangtua harus mengambil peran utama. Terutama dalam hal mendidik dan mengasuh anak. Upaya-upaya yang bisa dilakukan meliputi hal-hal berikut. Memerhatikan perkembangan sosial dan emosional anak sesuai usianya. Peka terhadap perubahan mood anak Mendeteksi dini masalah psikologis yang mungkin anak alami. Memerhatikan interaksi anak di sekolah ataupun di lingkungan sekitar rumah. Mempersiapkan fasilitas perawatan sejak dini, seperti terapi dengan psikolog anak. Menyediakan makanan dengan gizi seimbang untuk mendukung perkembangan otak anak.Kasus bunuh diri mahasiswa di Yogyakarta akhir pekan lalu – hanya beberapa hari menjelang Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober – menambah urgensi penanganan masalah kesehatan mental di antara anak muda Indonesia. Menurut riset, berbagai potensi kondisi psikologis dan gangguan mental pada manusia memang mulai menunjukkan gejalanya pada usia kritis remaja atau dewasa muda. Dengan populasi kelompok usia 10-19 tahun yang mencapai 44,5 juta jiwa, Indonesia harus mulai melakukan investasi di bidang kesehatan mental remaja. Read more Riset usia 16-24 tahun adalah periode kritis untuk kesehatan mental remaja dan anak muda Indonesia Sayangnya, usaha untuk melakukan perbaikan kondisi kesehatan mental ini selalu terganjal satu hal tidak adanya data berskala nasional mengenai hasil diagnosis kesehatan mental remaja di Indonesia. Penelitian yang kami lakukan bersama University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat AS, berjudul Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey I-NAMHS yang akan terbit pada 20 Oktober pekan depan, berusaha untuk mengisi kekosongan data ini. Kami menemukan bahwa 1 dari 20 sekitar remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental, mengacu pada Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental DSM-V keluaran American Psychological Association APA. Artinya, sekitar 2,45 juta remaja di seluruh Indonesia termasuk dalam kelompok Orang dengan Gangguan Jiwa ODGJ. Gangguan kecemasan anxiety disorder menjadi gangguan mental paling umum di antara remaja 10-17 tahun di Indonesia sekitar 3,7%. Ini disusul oleh gangguan depresi mayor 1,0%, gangguan perilaku 0,9%, serta gangguan stres pascatrauma PTSD dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ADHD yang masing-masing diderita oleh 0,5% populasi usia tersebut. Gangguan kecemasan di antara remaja Gangguan kecemasan dalam I-NAMHS terdiri dari dua jenis, yaitu fobia sosial ketakutan berlebih secara khusus terhadap situasi sosial seperti presentasi di depan kelas dan gangguan kecemasan menyeluruh kecemasan berlebihan terkait beberapa kejadian atau aktivitas, misalnya mengenai ujian yang akan berlangsung. Gangguan kecemasan ini bisa timbul akibat gabungan berbagai faktor, mulai dari genetik, sistem syaraf, keluarga, dan lingkungan sekitar. Di saat seseorang gagal meregulasi stres yang ia alami, hal ini dapat muncul sebagai gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan tergolong sebagai gangguan mental yang umum diderita. Tapi, bukan berarti gangguan ini bersifat ringan. Menurut penelitian peneliti psikologi Terri Barrera dan Peter Norton dari University of Houston di AS, orang-orang yang menderita fobia sosial atau gangguan kecemasan menyeluruh cenderung memiliki kualitas hidup – dari kepercayaan diri, kepuasan finansial, hingga kehidupan asmara – yang lebih buruk dibandingkan orang-orang tanpa kondisi ini. I-NAMHS juga memperlihatkan bahwa remaja yang menderita gangguan cemas akan cenderung mengalami gangguan fungsi, setidaknya pada satu ranah kehidupan mereka. Ada empat domain yang kami evaluasi dalam I-NAMHS yaitu keluarga masalah dengan orang tua, kesulitan beraktivitas bersama anggota keluarga, teman sebaya masalah hubungan dengan teman sebaya, sekolah atau pekerjaan kesulitan menyelesaikan tugas sekolah, performa akademik yang buruk, atau distres personal rasa bersalah atau rasa sedih yang berkepanjangan. Di antara remaja Indonesia yang mengalami gangguan mental, sebanyak 83,9% mengalami gangguan fungsi pada ranah keluarga, disusul oleh ranah teman sebaya 62,1%, sekolah atau pekerjaan 58,1%, dan distres personal 46,0%. Masalah kejiwaan lain juga tetap menghantui Selain itu, I-NAMHS juga menunjukkan bahwa sebenarnya ada lebih banyak lagi remaja di Indonesia yang mengalami beberapa gejala gangguan mental, namun tidak cukup untuk dikatakan menderita gangguan mental sesuai kriteria DSM-5. Merujuk pada Undang-Undang UU Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, mereka dikelompokkan sebagai Orang dengan Masalah Kejiwaan ODMK. Artinya, mereka sangat rentan untuk mengalami gangguan mental. Hampir 35% setara 15,5 juta remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia terdiagnosis memiliki setidaknya satu masalah kesehatan jiwa dalam survei I-NAMHS sehingga masuk ke dalam kategori ODMK. Rasa kecemasan adalah masalah gangguan mental yang paling banyak muncul di antara remaja di Indonesia 26,7%. Ini disusul masalah terkait pemusatan perhatian dan/atau hiperaktivitas 10,6%, depresi 5,3%, masalah perilaku 2,4%, dan stres pascatrauma 1,8%. Prevalensi depresi, masalah perilaku, dan masalah terkait pengelolaan perhatian dan/atau hiperaktivitas remaja laki-laki juga cenderung lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan. Selain itu, kami menemukan remaja yang lebih muda 10-13 tahun memiliki prevalensi masalah pemusatan perhatian dan/atau hiperaktivitas yang lebih tinggi dibandingkan remaja yang berusia lebih tua 14-17 tahun. Sebaliknya, remaja yang berusia lebih tua memiliki prevalensi depresi yang lebih tinggi dibandingkan remaja yang lebih muda. Masa depan kesehatan mental remaja di Indonesia Mengetahui beban penyakit mental pada populasi remaja di Indonesia hanyalah langkah awal untuk perencanaan program dan advokasi kesehatan mental remaja yang lebih baik. Temuan I-NAMHS dengan jelas menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental dan gangguan mental adalah hal umum yang terjadi di antara remaja di Indonesia. Untuk menanggulangi beban gangguan dan masalah kecemasan, pemerintah Indonesia beserta pemangku kepentingan harus memprioritaskan program-program yang bertujuan membantu remaja dalam mengelola rasa cemas yang mereka alami. Fakta bahwa sebagian besar dokter ahli jiwa dan psikolog klinis berpraktek di perkotaan membuat isu layanan kesehatan mental remaja menjadi hal yang harus menjadi prioritas Indonesia. Di seantero negeri, misalnya, hanya ada sekitar 0,29 psikiater dan 0,18 psikolog per penduduk. Bahkan, dalam riset tahun 2021 dari Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran, sebanyak 96,4% dari hampir 400 remaja yang mereka survei kurang memahami cara mengatasi stres akibat masalah yang sering mereka alami. Banyak dari mereka mengkritik layanan kesehatan di Indonesia yang belum tentu menjamin kerahasiaan dan cenderung menghakimi. Mengingat bahwa hampir semua remaja di Indonesia bersekolah, tenaga kependidikan juga bisa menjadi alternatif utama untuk memastikan semua remaja yang membutuhkan dukungan kesehatan mental bisa mendapatkan bantuan dan rujukan yang layak. Keluarga merupakan domain yang juga sangat berpengaruh dalam penanganan gangguan mental remaja. Oleh karena itu, orang tua dan anggota keluarga lain juga harus saling teredukasi maupun mengedukasi mengenai kesehatan mental agar bisa membantu remaja dalam mengelola kesehatan mental.
Cloudya Eldha Gaya Hidup Sunday, 31 Oct 2021, 1552 WIB clipart kesehatan mental png dari />clipart kesehatan mental png dari WHO, kesehatan mental adalah keadaan individu yang sejahtera di mana ia mampu menyadari kemampuannya, dapat mengatasi beban atau tekanan hidup, dapat bekerja secara produktif dan berkontribusi dalam komunitas yang dimiliki. Kesehatan mental juga adalah dasar bagi kemampuan kita sebagai manusia untuk berpikir, berekspresi, berinteraksi dengan sesama, mencari penghasilan dan menikmati ringkasan definisi mengenai kesehatan mental di atas, kita dapat melihat bahwa kesehatan mental yang baik sangatlah berpengaruh dalam kehidupan masing-masing individu. Dengan adanya kesejahteraan mental, seseorang dapat menjalani hidup dengan sehat karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Namun di Indonesia, kesehatan mental masih dipandang sebelah mata. Banyak orang beranggapan kesehatan mental bukanlah hal yang penting untuk diatasi karena tidak memiliki bukti fisik. Karena itu, kurangnya perhatian masyarakat umum pada pentingnya kesehatan mental pribadi maupun orang lain merupakan salah satu masalah yang tidak kunjung terselesaikan di Indonesia. Kebanyakan orang, terutama dikalangan orang tua masih menganggap kesehatan mental adalah hal yang tabu untuk dibahas karena masih termasuk dalam hal yang sensitif dan tidak jarang pula yang secara terang-terangan tidak peduli akan hal tersebut. Karena minimnya pengetahuan akan hal tersebut, pentingnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental harus mulai dikembangkan, terutama di masa pandemi seperti ini. Dikarenakan keterbatasan ruang gerak akibat protokol kesehatan, orang-orang terpaksa berdiam diri di rumah dan sulit melepas stres serta rasa pada kesehatan mental remaja. Masa remaja merupakan salah satu hal yang krusial dalam kehidupan manusia, karena di masa remaja itulah manusia sedang gencar-gencarnya mencari jati diri. Mereka sangat penasaran dengan perkembangan sosial dan trend yang terjadi dan menangkap semua hal; yang tidak jarang tanpa memperhatikan dengan detail baik atau buruknya informasi yang mereka pandemi yang berkepanjangan sangatlah berpengaruh pada mental remaja hingga menyebabkan stres yang dapat berujung depresi. Tidak sedikit dari remaja ini mencari pelarian terhadap rasa stres tersebut di media sosial, yang mana jika tidak disaring dengan baik dan tidak diawasi oleh orang dewasa, mereka dapat melakukan banyak hal yang tidak pantas. Dengan rasa penasaran yang tinggi dan kelihaian mereka dalam menggunakan ponsel pintar ataupun , besar kemungkinan untuk para remaja ini menemukan konten yang tidak cocok untuk umur baiknya, saat ini sudah banyak remaja yang perhatian dengan kesehatan mental diri sendiri maupun orang lain. Tidak sedikit pula yang sering menyebarkan kutipan atau reminder tentang kesadaran kesehatan mental dari mulut ke mulut ataupun melewati media sosial. Walaupun begitu, tanpa adanya dampingan dari orang dewasa dan profesional, para remaja ini akan mendiagnosa dirinya sendiri sebagai orang yang memiliki penyakit mental. Contoh gampangnya adalah mood swing biasa yang sering mereka salah artikan sebagai bipolar disorder, atau bersembunyi dari kesalahannya dengan menyalahkan mental illness yang mereka miliki. Juga para remaja ini dapat menganggap mental illness adalah sebuah trend yang keren dan mulai melebih-lebihkan hal sederhana menjadi gejala penyakit memiliki kasus yang dapat menjadi contoh mengapa kesadaran setiap individu tentang kesehatan mental itu ini saya ambil dari teman dekat saya sendiri yang memiliki latar belakang abusive parents. Ia mengatakan, alasan orangtuanya mendidik dengan kasar karena masa kecil orangtuanya pun memiliki latar belakang yang sama, jadi kekerasan ini menurun ke saya mendapatkan banyak sekali dampak buruk, baik fisik maupun mental, contoh kecilnya adalah perasaan trauma berat yang mengakibatkan ia menjadi sangat defensive jika ada orang yang ingin melakukan kontak fisik dengannya secara tiba-tiba dan juga menjadi waswas pada perubahan sikap seseorang kepadanya. Pengalaman ini juga menjadi salah satu alasan mengapa ia tidak menyukai laki-laki dan mulai menaruh perasaan pada perempuan karena ia merasa lebih aman dan mengalami kekerasan tersebut hingga lulus SMA dan masih mengalami tekanan dari orangtuanya sampai saat ini dan trauma tersebut masih belum bisa diatasi. Masa remaja yang ia lewati tanpa adanya bimbingan pada kesehatan mental, membentuknya menjadi orang yang sensitif pada opini orang lain dan berakhir menjadi beban pikiran yang berkepanjangan, merasa dirinya tidak berguna akibat kekerasan verbal yang dilakukan kedua orangtuanya, dan tidak menyukai laki-laki karena menurutnya mereka itu kasar yang mana menjadi salah satu alasan mengapa ia mulai menaruh perasaan pada perempuan karena ia merasa lebih aman dan saya, sebagai orang yang baru saja melewati masa remaja, perhatian kepada kesehatan mental remaja sangat perlu untuk lebih dikembangkan dengan baik. Karena kerusakan mental yang terjadi di masa remaja sangatlah berdampak pada pembentukan pola pikir dan sikap seseorang hingga ia beranjak dapat memulainya dari orang orang-orang terdekat, seperti orangtua atau teman-teman disekitarnya yang mau saling membantu menguatkan dan bertukar pikiran diranah yang positif. Dari yang saya baca, pemerintah sendiri sudah melakukan upaya dengan meyertakan layanan konsultasi ke Psikolog di layanan BPJS berharap, kesadaran akan kesehatan mental di masyarakat dapat berkembang dan berdampak baik untuk perkembangan mental setiap individu di Indonesia. kesehatanmental kesehatan artikel remaja masyarakat Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Gaya HidupKnyqs9.